Pages

Minggu, 27 November 2011

Alangkah Lucunya Negeri Ini



“Yang Kaya Makin Kaya, Yang Miskin Makin Miskin” adalah slogan baru yang sudah sering kita dengar. Munculnya slogan ini bukan tanpa alasan. Kita sering melihat kejadian-kejadian yang sesuai dengan slogan diatas. Bentuk kehidupan nyata yang terjadi di negeri tercinta. Kemiskinan, pengangguran, penggusuran, tindak kriminal, dan berbagai hal keterpurukan lain menjadi bertambah. Bahkan, banyak orang memperdebatkan tentang pentingnya sebuah pendidikan. Fenomena yang muncul merupakan masalah bagi kita semua.


“Alangkah Lucunya Negeri Ini” merupakan salah satu film yang menggambarkan msyarakat Indonesia saat ini. Film ini menceritakan perjalanan Muluk yang merupakan sarjana manajemen. Perjalanan sesorang yang berpendidikan untuk mencari kehidupan yang lebih layak. Awal perjalanan Muluk setelah mencari pekerjaan, dia berjalan di sebuah pasar. Melihat berbagai fenomena keunikan di negeri ini. Orang-orang di pasar menjual berbagai macam hal yang mistis dan mungkin tidak masuk di akal. Inilah gambaran kehidupan nyata dari negeri ini. Sesuai dengan judul film ini, alangkah lucunya negeri ini jika di era modern seperti ini masih menggunakan hal mistis. Padahal, hal itu dapat melunturkan iman kita kepada Allah.

Berjalan ke ujung pasar, Muluk mendapati seorang pencopet cilik sedang beraksi. Muluk mengikutinya hingga menuju gang sepi. Disana, Muluk langsung menegur pencopet itu dan mengancam melaporkan pada polisi. Seseorang bekerja mati-matian tetapi dengan seenaknya pencopet mengambilnya dengan mudah. Tindak kriminal dilakukan karena hanya itu kemampuan yang mereka bisa lakukan agar tetap hidup. Tidak hanya orang dewasa saja, bahkan anak kecil pun sudah berprofesi sebagai pencopet.

Berjalan dari gedung ke gedung lain mencari sebuah pekerjaan membawa gelar manajemennya. Semua berpendapat gelar itu tidak penting tanpa pengalaman. Beberapa pemilik perusahaan menganggap ilmu bisa dipelajari dari buku tetapi mereka tidak mampu menerapkannya. Banyak sekali orang yang bergelar dan berpendidikan tetapi tidak membuahkan hasil dalam dunia kerja. Bahkan, beberapa orang rela ke luar negeri menjadi TKI demi mendapat pekerjaan. Sekarang banyak fenomena yang terjadi kejadian-kejadian buruk selama menjadi TKI. Namun, masih banyak orang yang masih mendaftar menjadi TKI. Perusahaan Indonesia gagal berkembang dan pindah ke negara lain. Padahal, banyak sekali perusahaan asing berada di Indonesia.  Hal ini membuat sebuah pertanyaan besar tentang penting atau tidaknya pendidikan itu.

Muluk berencana untuk bekerja sama dengan para pencopet itu. Muluk juga mempunyai tujuan lain yaitu mengubah hidup mereka. Muluk mengajarkan segala hal kepada mereka. Muluk mengajak Syamsul yang mempunyai nasib sama seperti Muluk. Samsul bergelar sarjana pendidikan dan pekerjaannya hanya main kartu di pos ronda. Syamsul megajarkan anak-anak membaca dan berhitung. Mereka yang beranggapan pendidikan tidak penting ternyata secara tidak langsung butuh pendidikan. Mereka bisa menghitung uang dan membaca merupakan hasil dari pendidikan. Seperti ejekan Muluk kepada Samsul “Itulah hasil dari pendidikan, jika kamu tidak berpendidikan kamu tidak akan tahu bahawa pendidikan itu tidak penting”.

 Muluk mengajak Pipit untuk mengajarkan agama kepada para pencopet itu. Pipit bingung ternyata pencopet itu tidak tahu agama mereka. Memang di zaman seperti ini masih banyak orang mempunyai agama tetapi tidak mengenal itu. Menurut beberapa orang agam hanyalah sebagai kedok dan ritual saja. Akan tetapi agam sesungguhnya adalah panduan bagaimana kita hidup di dunia. Pelan-pelan Pipit mengajar mereka arti agama. Ada salah satu pencopet yang tidak mau ikut belajar tetapi dia merasa selalu gelisah melihat temannya mengaji. Itulah yang terjadi saat ini dimana orang selalu merasa resah. Agama lah jawaban dari keresahan mereka.

Hari berganti hari, mereka sudah mulai mengarah kepada kebaikan. Mereka sudah sering mandi dan rajin sholat. Mereka juga pandai menghitung dan mengerti tentang agama. Sudah saatnya Muluk mulai mengajak mereka pada suatu perubahan. Pada saat itu juga ternyata orang tua Muluk dan Pipit datang melihat pekerjaan mereka. Orang tua mereka melihat dengan penuh kebingungan. Ketika mereka tahu bahwa anak-anak itu adalah pencopet mereka langsung keluar dengan sedih. Mereka sadar mereka telah memakan makanan haram dari hasil pencopet. Muluk dan teman-temannya juga kecewa ketika mendengar anak-anak itu tidak ada yang mau jadi pengasong. Inilah satu fenomena lucu lagi di negara ini. Banyak orang ingin menjadi orang yang berkehidupan baik. Namun, mereka tidak siap dan tidak mau menghadapi perubahan zaman ini.

Akhir dari film ini, Muluk dan teman-temannya kembali ke kehidupan mereka sebelumnya. Para pencopet sebagian memilih mengsong dan lain tetap mencopet. Muluk di tangkap oleh polisi karena melindungi pengasong yang hendak ditangkap. Di film ini tidak menampilkan bagaimana nasib mereka selanjutnya karena jawaban itu adalah di dunia nyata saat ini. Kita adalah orang yang mampu menjawab bagaimana nasib mereka selanjutnya. Kita adalah orang yang harus membawa perubahan bagi masyarakat mendatang. Orang yang berpendidikan dipercaya dan diberi amanah untuk membawa orang di sekitarnya menjadi lebih baik bukan untuk memperkaya diri sendiri. Ini adalah tugas kita semua tentang apa yang harus kita lakukan di masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar