“Yang
Kaya Makin Kaya, Yang Miskin Makin Miskin” adalah slogan baru yang sudah sering
kita dengar. Munculnya slogan ini bukan tanpa alasan. Kita sering melihat
kejadian-kejadian yang sesuai dengan slogan diatas. Bentuk kehidupan nyata yang
terjadi di negeri tercinta. Kemiskinan, pengangguran, penggusuran, tindak
kriminal, dan berbagai hal keterpurukan lain menjadi bertambah. Bahkan, banyak
orang memperdebatkan tentang pentingnya sebuah pendidikan. Fenomena yang muncul
merupakan masalah bagi kita semua.
“Alangkah
Lucunya Negeri Ini” merupakan salah satu film yang menggambarkan msyarakat
Indonesia saat ini. Film ini menceritakan perjalanan Muluk yang merupakan
sarjana manajemen. Perjalanan sesorang yang berpendidikan untuk mencari kehidupan
yang lebih layak. Awal perjalanan Muluk setelah mencari pekerjaan, dia berjalan
di sebuah pasar. Melihat berbagai fenomena keunikan di negeri ini. Orang-orang
di pasar menjual berbagai macam hal yang mistis dan mungkin tidak masuk di
akal. Inilah gambaran kehidupan nyata dari negeri ini. Sesuai dengan judul film
ini, alangkah lucunya negeri ini jika di era modern seperti ini masih
menggunakan hal mistis. Padahal, hal itu dapat melunturkan iman kita kepada
Allah.
Berjalan
ke ujung pasar, Muluk mendapati seorang pencopet cilik sedang beraksi. Muluk
mengikutinya hingga menuju gang sepi. Disana, Muluk langsung menegur pencopet
itu dan mengancam melaporkan pada polisi. Seseorang bekerja mati-matian tetapi
dengan seenaknya pencopet mengambilnya dengan mudah. Tindak kriminal dilakukan
karena hanya itu kemampuan yang mereka bisa lakukan agar tetap hidup. Tidak
hanya orang dewasa saja, bahkan anak kecil pun sudah berprofesi sebagai
pencopet.
Berjalan
dari gedung ke gedung lain mencari sebuah pekerjaan membawa gelar manajemennya.
Semua berpendapat gelar itu tidak penting tanpa pengalaman. Beberapa pemilik
perusahaan menganggap ilmu bisa dipelajari dari buku tetapi mereka tidak mampu
menerapkannya. Banyak sekali orang yang bergelar dan berpendidikan tetapi tidak
membuahkan hasil dalam dunia kerja. Bahkan, beberapa orang rela ke luar negeri
menjadi TKI demi mendapat pekerjaan. Sekarang banyak fenomena yang terjadi
kejadian-kejadian buruk selama menjadi TKI. Namun, masih banyak orang yang
masih mendaftar menjadi TKI. Perusahaan Indonesia gagal berkembang dan pindah
ke negara lain. Padahal, banyak sekali perusahaan asing berada di
Indonesia. Hal ini membuat sebuah
pertanyaan besar tentang penting atau tidaknya pendidikan itu.
Muluk
berencana untuk bekerja sama dengan para pencopet itu. Muluk juga mempunyai
tujuan lain yaitu mengubah hidup mereka. Muluk mengajarkan segala hal kepada
mereka. Muluk mengajak Syamsul yang mempunyai nasib sama seperti Muluk. Samsul
bergelar sarjana pendidikan dan pekerjaannya hanya main kartu di pos ronda.
Syamsul megajarkan anak-anak membaca dan berhitung. Mereka yang beranggapan
pendidikan tidak penting ternyata secara tidak langsung butuh pendidikan.
Mereka bisa menghitung uang dan membaca merupakan hasil dari pendidikan.
Seperti ejekan Muluk kepada Samsul “Itulah hasil dari pendidikan, jika kamu
tidak berpendidikan kamu tidak akan tahu bahawa pendidikan itu tidak penting”.
Muluk mengajak Pipit untuk mengajarkan agama
kepada para pencopet itu. Pipit bingung ternyata pencopet itu tidak tahu agama
mereka. Memang di zaman seperti ini masih banyak orang mempunyai agama tetapi
tidak mengenal itu. Menurut beberapa orang agam hanyalah sebagai kedok dan
ritual saja. Akan tetapi agam sesungguhnya adalah panduan bagaimana kita hidup
di dunia. Pelan-pelan Pipit mengajar mereka arti agama. Ada salah satu pencopet
yang tidak mau ikut belajar tetapi dia merasa selalu gelisah melihat temannya
mengaji. Itulah yang terjadi saat ini dimana orang selalu merasa resah. Agama
lah jawaban dari keresahan mereka.
Hari
berganti hari, mereka sudah mulai mengarah kepada kebaikan. Mereka sudah sering
mandi dan rajin sholat. Mereka juga pandai menghitung dan mengerti tentang
agama. Sudah saatnya Muluk mulai mengajak mereka pada suatu perubahan. Pada
saat itu juga ternyata orang tua Muluk dan Pipit datang melihat pekerjaan
mereka. Orang tua mereka melihat dengan penuh kebingungan. Ketika mereka tahu
bahwa anak-anak itu adalah pencopet mereka langsung keluar dengan sedih. Mereka
sadar mereka telah memakan makanan haram dari hasil pencopet. Muluk dan
teman-temannya juga kecewa ketika mendengar anak-anak itu tidak ada yang mau
jadi pengasong. Inilah satu fenomena lucu lagi di negara ini. Banyak orang
ingin menjadi orang yang berkehidupan baik. Namun, mereka tidak siap dan tidak
mau menghadapi perubahan zaman ini.
Akhir
dari film ini, Muluk dan teman-temannya kembali ke kehidupan mereka sebelumnya.
Para pencopet sebagian memilih mengsong dan lain tetap mencopet. Muluk di
tangkap oleh polisi karena melindungi pengasong yang hendak ditangkap. Di film
ini tidak menampilkan bagaimana nasib mereka selanjutnya karena jawaban itu
adalah di dunia nyata saat ini. Kita adalah orang yang mampu menjawab bagaimana
nasib mereka selanjutnya. Kita adalah orang yang harus membawa perubahan bagi
masyarakat mendatang. Orang yang berpendidikan dipercaya dan diberi amanah
untuk membawa orang di sekitarnya menjadi lebih baik bukan untuk memperkaya
diri sendiri. Ini adalah tugas kita semua tentang apa yang harus kita lakukan
di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar