Pages

Minggu, 27 November 2011

Memutuskan Pertalian


Judul                     : Memutuskan Pertalian
Pengarang          : Tulis Sutan Sati
Penerbit              : Balai Pustaka
Tahun Terbit      : 1926
Tebal                     : 125 halaman
Tokoh                   : Guru Kasim
Sinopsis
Di daerah Bukit tinggi, tinggal seorang guru sekolah dasar bernama Guru Kasim. Suatu malam ketika Guru Kasim selesai memeriksa pekerjaan murid-muridnya, datang sesorang membubarkan lamunanya. Temannya datang untuk berbincang-bincang dengan Burhan. Burhan bercerita tentang alasannya bercerai dengan istrinya. Perceraian Burhan disebabkan karena perbedaan pendapat dengan mertuanya. Di tengah-tengah perbincangan tersebut, seorang pemuda datang hendak menemui Guru Kasim. Guru Kasim mencoba menebak isi surat tersebut. . Guru Kasim membuka surat tersebut perlahan. Surat yang berasal dari Betawi itu bercap “Departement van Onderwijs en Eerdienst”.  Surat terebut adalah surat perintah untuk memindahkan Guru Kasim ke Pontianak.
Keesokan harinya, Guru Kasim menceritakan hal ini kepada semua keluarganya termasuk kepada mertuanya. Guru Kasim ingin sekali membawa anak dan istrinya yang bernama Jamilah. Namun, hal itu ditentang oleh Tiaman, mertuanya. Seluruh cara dilakukan oleh Guru Kasim agar dan tetap tidak membuahkan hasil. Taiaman tetap mengingankan anaknya tetap tinggal. Guru Kasim menyarankan agar mertuanya ikut ke Pontianak. Taiaman tetap ingin tinggal di rumahnya sendiri menjaga sawah keluargnya dan Tiaman tidak punya orang yang menemainya selain Jamilah. Datuk Besar datang dan mencoba menyelesaikan masalah tersebut. Guru Kasim diminta berangkat terlebih dahulu ke Pontianak. Suasana di Pontianak masih asing bagi mereka. Guru Kasim diminta untuk mengenali daerah itu agar Jamilah aman disana.
Sebelum berangkat, Guru Kasim berpamitan ke murid-muridnya. Mereka merasa kehilangan Guru Kasim. Mereka mengantarkan Guru Kasim sampai stasiun. Jamilah sebenarnya ingin sekali ikut bersama suaminya. Namun, sampai keberangkatan Guru Kasim, Tiaman tetap menolak keinginan anaknya itu. Perjalanan yang jauh ditempuh Guru Kasim sendirian. Setelah naik kereta, Guru Kasim berlayar melewati lautan.
Guru Kasim mencari tempat tinggal yang sangat sederhana dan memulai kehidupan barunya. Setiap hari, Jamilah mengirim surat untuk Guru Kasim. Bahkan, Jamilah sesekali mengirim masakannya untuk suaminya. Guru Kasim sangat merindukan istri dan anaknya. Setelah mendapat surat terakhir dari Jamilah yang berisi rencana Jamilah dan Rakhul ke Pontianak. Guru Kasim sangat senang mendengar kabar tersebut. Guru Kasim menyiapkan semuanya untuk membuat Jamilah nyaman berada di Pontianak. Guru Kasim menyewa sebuah rumah yang lebih luas dan membersihkannya sendiri. Bulan puasa Guru Kasim merencanakan pergi ke Bukittinggi. Guru Kasim menunggu surat dari Jamilah yang tak kunjung tiba. Suatu siang, Guru Kasim menerima telegram yang berisi bahwa Jamilah sudah meninggal dunia.
Guru Kasim segera pulang ke Bukit tinggi dengan kesedihan. Ia mencari tempat yang sunyi agar tidak ada orang yang bisa menganggunya. Sesampainya di Bukit tinggi, Guru Kasim menemui Tiaman dan hendak mengambil Syahrul. Guru Kasim bertengkar lagi dengan Tiaman. Mertuanya itu beranggapan jika anak dipisahkan berarti memutuskan pertalian dengan saudara dari istri. Guru Kasim dan Tiaman bersikeras mempertahankan pendapat mereka masing-masing. Akhirnya Guru Kasim mengalah demi anak satu-satunya itu. Guru Kasim merelakan Syahrul dan kembali ke Pontianak. Perceraian bapak dan anak itu mengubah kehidupan Guru Kasim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar