Judul : Memutuskan Pertalian
Pengarang : Tulis Sutan Sati
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1926
Tebal : 125 halaman
Tokoh : Guru Kasim
Sinopsis
Di daerah Bukit tinggi, tinggal
seorang guru sekolah dasar bernama Guru Kasim. Suatu malam ketika Guru Kasim
selesai memeriksa pekerjaan murid-muridnya, datang sesorang membubarkan
lamunanya. Temannya datang untuk berbincang-bincang dengan Burhan. Burhan
bercerita tentang alasannya bercerai dengan istrinya. Perceraian Burhan
disebabkan karena perbedaan pendapat dengan mertuanya. Di tengah-tengah
perbincangan tersebut, seorang pemuda datang hendak menemui Guru Kasim. Guru
Kasim mencoba menebak isi surat tersebut. . Guru Kasim membuka surat tersebut perlahan.
Surat yang berasal dari Betawi itu bercap “Departement van Onderwijs en
Eerdienst”. Surat terebut adalah surat
perintah untuk memindahkan Guru Kasim ke Pontianak.
Keesokan harinya, Guru Kasim
menceritakan hal ini kepada semua keluarganya termasuk kepada mertuanya. Guru
Kasim ingin sekali membawa anak dan istrinya yang bernama Jamilah. Namun, hal
itu ditentang oleh Tiaman, mertuanya. Seluruh cara dilakukan oleh Guru Kasim
agar dan tetap tidak membuahkan hasil. Taiaman tetap mengingankan anaknya tetap
tinggal. Guru Kasim menyarankan agar mertuanya ikut ke Pontianak. Taiaman tetap
ingin tinggal di rumahnya sendiri menjaga sawah keluargnya dan Tiaman tidak
punya orang yang menemainya selain Jamilah. Datuk Besar datang dan mencoba
menyelesaikan masalah tersebut. Guru Kasim diminta berangkat terlebih dahulu ke
Pontianak. Suasana di Pontianak masih asing bagi mereka. Guru Kasim diminta
untuk mengenali daerah itu agar Jamilah aman disana.
Sebelum berangkat, Guru Kasim
berpamitan ke murid-muridnya. Mereka merasa kehilangan Guru Kasim. Mereka
mengantarkan Guru Kasim sampai stasiun. Jamilah sebenarnya ingin sekali ikut
bersama suaminya. Namun, sampai keberangkatan Guru Kasim, Tiaman tetap menolak
keinginan anaknya itu. Perjalanan yang jauh ditempuh Guru Kasim sendirian.
Setelah naik kereta, Guru Kasim berlayar melewati lautan.
Guru Kasim mencari tempat tinggal
yang sangat sederhana dan memulai kehidupan barunya. Setiap hari, Jamilah
mengirim surat untuk Guru Kasim. Bahkan, Jamilah sesekali mengirim masakannya
untuk suaminya. Guru Kasim sangat merindukan istri dan anaknya. Setelah
mendapat surat terakhir dari Jamilah yang berisi rencana Jamilah dan Rakhul ke
Pontianak. Guru Kasim sangat senang mendengar kabar tersebut. Guru Kasim
menyiapkan semuanya untuk membuat Jamilah nyaman berada di Pontianak. Guru
Kasim menyewa sebuah rumah yang lebih luas dan membersihkannya sendiri. Bulan
puasa Guru Kasim merencanakan pergi ke Bukittinggi. Guru Kasim menunggu surat
dari Jamilah yang tak kunjung tiba. Suatu siang, Guru Kasim menerima telegram
yang berisi bahwa Jamilah sudah meninggal dunia.
Guru Kasim segera pulang ke Bukit
tinggi dengan kesedihan. Ia mencari tempat yang sunyi agar tidak ada orang yang
bisa menganggunya. Sesampainya di Bukit tinggi, Guru Kasim menemui Tiaman dan
hendak mengambil Syahrul. Guru Kasim bertengkar lagi dengan Tiaman. Mertuanya
itu beranggapan jika anak dipisahkan berarti memutuskan pertalian dengan
saudara dari istri. Guru Kasim dan Tiaman bersikeras mempertahankan pendapat
mereka masing-masing. Akhirnya Guru Kasim mengalah demi anak satu-satunya itu.
Guru Kasim merelakan Syahrul dan kembali ke Pontianak. Perceraian bapak dan
anak itu mengubah kehidupan Guru Kasim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar