Pengarang : H. Abdul Malik Karim Amirullah
Penerbit : Percetakan Bulan Bintang
Tahun Terbit : 1939
Tebal : 224 halaman
Tokoh : Zainudin
Sinopsis
Zainudin anak Minangkabau selalu
terbayantg akan masa lalu ayahnya yang kelam. Ayah Zainudin, Pendekar Sutan
diusir dari tanah kelahirannya sendiri karena menikam saudaranya sendiri yang
menghalanginya mendapat warisan. Pendekar Sultan akhirnya menetap di Mengkasar.
Pendekar Sutan menikah dengan gadis Mengkasar bernama Daeng Habibah. Setelah
kematian kedua orang tuanya, Zainuddin diasuh oleh Mak Base yang sudah
menganggap Zainuddin seperti anak sendiri. Zainuddin ingin sekali kembali ke
tanah asal ayahnya tersebut.
Zainudin akhirnya pergi ke kampong
halamannya setelah mendapat izin dari Mak Base. Zainudin bukan orang Padang
asli karena ibunya bukan dari Batipuh. DI Batipuh pun Zainudin tidak dianggap
sebagai anak negeri. Ternyata di Padang Zainudin tertarik oleh seorang gadis
cantik bernama Hayati. Mereka saling mencintai satu sama lain. Hubungan cinta
kasih Zainudin dan Hayati berlangsung dengan saling mengirim surat.
Suatu hari Zainudin dan Hayati
pergi ke Padang Panjang untuk melihat pasar malam. Mereka sudah untuk bertemu
dan melepaskan kerinduan mereka. Di Padang Panjang Hayati menginap di rumah
sahabatnya bernama Khadijah. Kahdijah memperkenalkan Hayati dengan Aziz, kakak
Khadijah. Ternyata, diam-diam Aziz mencintai Hayati. Kini Zainudin mendapat
saingan memperebutkan hati Hayati. Puncak persaingan Zainudin dan Aziz adalah
ketika mereka mengirimkan surat lamaran bersama-sama. Orang tua Hayati lebih
memilih Aziz karena hartanya yang melimpah. Surat lamaran Zainudin ditolak
karena Zainudin adalah anak yatim piatu yang miskin. Mereka tidak mengetahui
bahwa Zainudin mendapat warisan dari Mak Base yang baru saja meninggal. Hayati
menuruti orang tuanya dan melupakan cintanya dengan Zainudin. Setelah lamrannya
ditolak, Zainudin jatuh sakit dan Hayati harus menikah dengan laki-laki yang
tidak dicintainya sama sekali. Rumah tangga Hayati tidak berjalan mulus karena
tabiat Aziz yang buruk.
Atas saran Muluk, sahabat
Zainudin, Zainudin pergi ke Jakarta untuk memulai kehidupan barunya. Muluk yang
dulunya dikenal sebagai seorang pemabuk di Padang Panjang membantu Zainudin
untuk bangkit dari keterpurukannya. DI Jakarta, Zainudin menjadi penulis aktif
dan sudah menjadi kolumnis di berbagai majalah dan Koran. Setelah sukses di
Jakarta, Zainudin mendirikan kantor penerbitan di Surabaya. Zainudin dikenal
sebagai penulis yang kaya dan dermawan. Sementara itu Azis dipindahkan ke
Surabaya, sehingga Hayati menetap di kota yang sama dengan Zainudin.
Azis dipecat dari kantornya karena
kecerobohan dalam menjalankan perusahaan. Zainudin mengizinkan Hayati dan Aziz
untuk tinggal di rumahnya. Aziz merasa malu kepada Zainudin yang sudah baik
kepadanya dan akhirnya pergi dari rumah Zainudin. Suatu hari Azis mengirim dua
surat, satu untuk Hayati dan satu untuk Zainudin. Surat untuk Hayati berisi tentang
Aziz menceraikan Hayati. Surat untuk Zainudin berisi tentang permintaan Aziz
kepada Zainudin untuk menikah dengan Hayati. Beberapa hari setelah surat
tersebut, terdengar kabar bahwa Aziz meninggal dunia. Zainudin menolak walaupun
sebenarnya Zainudin masih mencintai Hayati. Zainudin masih dendam karena Hayati
menolak lamarannya.
Zainudin menyuruh Hayati pulang ke
kampong halamannya. Hayati memutuskan pulang ke Sumatra dengan kapal Van Der
Wijk. Keesokan harinya, Hayati bergegas berangkat ke pelabuhan. Setelah
kepergian Hayati, Zainudin merasa galau karena sebenarnya ia masih cinta kepada
Hayati. Zainudin berangkat menyusul Hayati ke pelabuhan tetapi kapal yang
ditumpangi Hayati sudah berangakat.
Terdengar kaba bahwa terjadi
kecelakaan kapal Van Der Wijk dan Hayati dirawat di rumah sakit Tuban. Muluk
dan Zainudin pergi ke rumah sakit tersebut untuk menemui Hayati. Sesampainya
disana, Hayati terbaring lemas. Pertemuan terakhir Hayati dengan Zainudin, ia
menghembuskan nafas terakhir dalam peluka Zainudin. Hal ini membuat Zainudin
merasakan penyesalan yang berkepanjangan. Zainudin jatuh sakit dan meninggal
dunia. Muluk memakamkan Zainudin di sebelah makam Hayati.
nice story.. betah lama2 d sni..
BalasHapus*sdikit koreksi, mngkin yg d maksud Padang Panjang, bkn Panjang Padang..
Wah, iya maaf2 entar di update... thx ya...
BalasHapus