Pages

Minggu, 27 November 2011

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk


Judul                   : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk
Pengarang          : H. Abdul Malik Karim Amirullah
Penerbit              : Percetakan Bulan Bintang
Tahun Terbit      : 1939
Tebal                   : 224 halaman
Tokoh                  : Zainudin





Sinopsis
Zainudin anak Minangkabau selalu terbayantg akan masa lalu ayahnya yang kelam. Ayah Zainudin, Pendekar Sutan diusir dari tanah kelahirannya sendiri karena menikam saudaranya sendiri yang menghalanginya mendapat warisan. Pendekar Sultan akhirnya menetap di Mengkasar. Pendekar Sutan menikah dengan gadis Mengkasar bernama Daeng Habibah. Setelah kematian kedua orang tuanya, Zainuddin diasuh oleh Mak Base yang sudah menganggap Zainuddin seperti anak sendiri. Zainuddin ingin sekali kembali ke tanah asal ayahnya tersebut.
Zainudin akhirnya pergi ke kampong halamannya setelah mendapat izin dari Mak Base. Zainudin bukan orang Padang asli karena ibunya bukan dari Batipuh. DI Batipuh pun Zainudin tidak dianggap sebagai anak negeri. Ternyata di Padang Zainudin tertarik oleh seorang gadis cantik bernama Hayati. Mereka saling mencintai satu sama lain. Hubungan cinta kasih Zainudin dan Hayati berlangsung dengan saling mengirim surat.

Suatu hari Zainudin dan Hayati pergi ke Padang Panjang untuk melihat pasar malam. Mereka sudah untuk bertemu dan melepaskan kerinduan mereka. Di Padang Panjang Hayati menginap di rumah sahabatnya bernama Khadijah. Kahdijah memperkenalkan Hayati dengan Aziz, kakak Khadijah. Ternyata, diam-diam Aziz mencintai Hayati. Kini Zainudin mendapat saingan memperebutkan hati Hayati. Puncak persaingan Zainudin dan Aziz adalah ketika mereka mengirimkan surat lamaran bersama-sama. Orang tua Hayati lebih memilih Aziz karena hartanya yang melimpah. Surat lamaran Zainudin ditolak karena Zainudin adalah anak yatim piatu yang miskin. Mereka tidak mengetahui bahwa Zainudin mendapat warisan dari Mak Base yang baru saja meninggal. Hayati menuruti orang tuanya dan melupakan cintanya dengan Zainudin. Setelah lamrannya ditolak, Zainudin jatuh sakit dan Hayati harus menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya sama sekali. Rumah tangga Hayati tidak berjalan mulus karena tabiat Aziz yang buruk.
Atas saran Muluk, sahabat Zainudin, Zainudin pergi ke Jakarta untuk memulai kehidupan barunya. Muluk yang dulunya dikenal sebagai seorang pemabuk di Padang Panjang membantu Zainudin untuk bangkit dari keterpurukannya. DI Jakarta, Zainudin menjadi penulis aktif dan sudah menjadi kolumnis di berbagai majalah dan Koran. Setelah sukses di Jakarta, Zainudin mendirikan kantor penerbitan di Surabaya. Zainudin dikenal sebagai penulis yang kaya dan dermawan. Sementara itu Azis dipindahkan ke Surabaya, sehingga Hayati menetap di kota yang sama dengan Zainudin.
Azis dipecat dari kantornya karena kecerobohan dalam menjalankan perusahaan. Zainudin mengizinkan Hayati dan Aziz untuk tinggal di rumahnya. Aziz merasa malu kepada Zainudin yang sudah baik kepadanya dan akhirnya pergi dari rumah Zainudin. Suatu hari Azis mengirim dua surat, satu untuk Hayati dan satu untuk Zainudin. Surat untuk Hayati berisi tentang Aziz menceraikan Hayati. Surat untuk Zainudin berisi tentang permintaan Aziz kepada Zainudin untuk menikah dengan Hayati. Beberapa hari setelah surat tersebut, terdengar kabar bahwa Aziz meninggal dunia. Zainudin menolak walaupun sebenarnya Zainudin masih mencintai Hayati. Zainudin masih dendam karena Hayati menolak lamarannya.
Zainudin menyuruh Hayati pulang ke kampong halamannya. Hayati memutuskan pulang ke Sumatra dengan kapal Van Der Wijk. Keesokan harinya, Hayati bergegas berangkat ke pelabuhan. Setelah kepergian Hayati, Zainudin merasa galau karena sebenarnya ia masih cinta kepada Hayati. Zainudin berangkat menyusul Hayati ke pelabuhan tetapi kapal yang ditumpangi Hayati sudah berangakat.
Terdengar kaba bahwa terjadi kecelakaan kapal Van Der Wijk dan Hayati dirawat di rumah sakit Tuban. Muluk dan Zainudin pergi ke rumah sakit tersebut untuk menemui Hayati. Sesampainya disana, Hayati terbaring lemas. Pertemuan terakhir Hayati dengan Zainudin, ia menghembuskan nafas terakhir dalam peluka Zainudin. Hal ini membuat Zainudin merasakan penyesalan yang berkepanjangan. Zainudin jatuh sakit dan meninggal dunia. Muluk memakamkan Zainudin di sebelah makam Hayati.

2 komentar:

  1. nice story.. betah lama2 d sni..

    *sdikit koreksi, mngkin yg d maksud Padang Panjang, bkn Panjang Padang..

    BalasHapus
  2. Wah, iya maaf2 entar di update... thx ya...

    BalasHapus