Pages

Rabu, 24 Juli 2013

Suatu Pagi

Ketika itu, pagi masih gelap dan penuh dengan bintang-bintangnya. Waktu yang terus bergulir medekati terbitnya matahari. Saat itu juga kami mengadakan kegiatan rutin yaitu “Sahur On The Road”. Tersadar dalam benak dan memori tahun lalu teringat seseorang yang sudah mulai bekerja saat yang lain masih tidur atau menyantap sahur. Akhirnya, aku memutuskan meninggalkan rombongan untuk membagikan nasi di tempat lain agar lebih cepat. Melaju lebih cepat mencari orang yang benar-benar membutuhkan. Perlahan mendekati tengah kota yang biasa ramai waktu malam biasa. Alun-alun mungkin menjadi tempat yang paling ramai. Tetapi dibalik keramaian sebuah aktifitas yang berbeda saat sahur itu.
Akhirnya sampai ditempat itu, dibalik masjid utama di Sidoarjo, Di sebuah gang gelap dengan kuburan di sekelilingnya, masih ada aktifitas di tengah gang itu. Sebuah penampungan sampah yang sedang digunakan seseorang untuk bekerja. Disanalah orang itu berada, orang yang berbeda dengan keadaan orang biasa yang mungkin saat itu sedang menikmati sahur atau masih terlelap. Orang ini sudah bekerja diantara tumpukan sampah-sampah. Dengan suasana yang gelap, pekerja keras itu bekerja sendiri.


Mungkin ketika anak kecil melihat kejadian itu akan bertanya “Apakah orang itu tidak puasa? Kok ndak ikut makan sahur?”. Tapi saat ini akhirnya kusadar akan beratnya hidup. Itulah mengapa aku harus melihat itu lagi, agar semangat ini kembali agar diri ini berubah menjadi lebih baik. Mereka di luar sana sedang berusaha agar bisa makan hari itu. Puasa atau tidak puasa tidak ada bedanya mereka tetap makan seadanya. Aku mulai berpikir apa yang salah dengan ini semua. Aku ingin tahu lebih dalam kehidupan mereka. Banyak dari mereka yang akhirnya meninggalkan agama mereka karena kondisi mereka. Mereka yang akhirnya menyerahkan agamanya pada dunia yang rusak ini. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang kutemui pagi itu, yang tidur diteras-teras ruko, yang terus bekerja tanpa henti.


Banyak orang yang dengan kebohongan akan rusaknya dunia ini hanya memikirkan kesuksesan diri sendiri. Mereka yang hanya mengerjakan apa yang membuat mereka senang. Mereka yang tidak memperdulikan orang lain. Terlebih mereka yang hanya memperburuk dunia ini. Mungkin orang sepertiku yang hanya bisa melihat dan mengamati mungkin menambah keburukan di dunia. Tetapi setidaknya sedikit demi sedikit, kita semua harus mengerti. Banyak orang yang terus berbicara “Bekerja sama merubah dunia yang lebih baik”, tetapi yang mereka lakukan hanya menumpukan beban pada beberapa orang saja. Itulah kerasnya dunia jika tidak saling memahami. Andai saja semua orang mampu mengerti, mungkin akan berbeda. Masih adakah setitik harapan itu saat ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar