Ketika itu, pagi masih gelap dan
penuh dengan bintang-bintangnya. Waktu yang terus bergulir medekati terbitnya
matahari. Saat itu juga kami mengadakan kegiatan rutin yaitu “Sahur On The
Road”. Tersadar dalam benak dan memori tahun lalu teringat seseorang yang sudah
mulai bekerja saat yang lain masih tidur atau menyantap sahur. Akhirnya, aku
memutuskan meninggalkan rombongan untuk membagikan nasi di tempat lain agar
lebih cepat. Melaju lebih cepat mencari orang yang benar-benar membutuhkan.
Perlahan mendekati tengah kota yang biasa ramai waktu malam biasa. Alun-alun
mungkin menjadi tempat yang paling ramai. Tetapi dibalik keramaian sebuah
aktifitas yang berbeda saat sahur itu.
Akhirnya sampai ditempat itu,
dibalik masjid utama di Sidoarjo, Di sebuah gang gelap dengan kuburan di
sekelilingnya, masih ada aktifitas di tengah gang itu. Sebuah penampungan
sampah yang sedang digunakan seseorang untuk bekerja. Disanalah orang itu
berada, orang yang berbeda dengan keadaan orang biasa yang mungkin saat itu
sedang menikmati sahur atau masih terlelap. Orang ini sudah bekerja diantara
tumpukan sampah-sampah. Dengan suasana yang gelap, pekerja keras itu bekerja
sendiri.
Mungkin ketika anak kecil melihat
kejadian itu akan bertanya “Apakah orang itu tidak puasa? Kok ndak ikut makan
sahur?”. Tapi saat ini akhirnya kusadar akan beratnya hidup. Itulah mengapa aku
harus melihat itu lagi, agar semangat ini kembali agar diri ini berubah menjadi
lebih baik. Mereka di luar sana sedang berusaha agar bisa makan hari itu. Puasa
atau tidak puasa tidak ada bedanya mereka tetap makan seadanya. Aku mulai
berpikir apa yang salah dengan ini semua. Aku ingin tahu lebih dalam kehidupan
mereka. Banyak dari mereka yang akhirnya meninggalkan agama mereka karena
kondisi mereka. Mereka yang akhirnya menyerahkan agamanya pada dunia yang rusak
ini. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang kutemui pagi itu, yang tidur
diteras-teras ruko, yang terus bekerja tanpa henti.
Banyak orang yang dengan
kebohongan akan rusaknya dunia ini hanya memikirkan kesuksesan diri sendiri.
Mereka yang hanya mengerjakan apa yang membuat mereka senang. Mereka yang tidak
memperdulikan orang lain. Terlebih mereka yang hanya memperburuk dunia ini. Mungkin
orang sepertiku yang hanya bisa melihat dan mengamati mungkin menambah keburukan
di dunia. Tetapi setidaknya sedikit demi sedikit, kita semua harus mengerti.
Banyak orang yang terus berbicara “Bekerja sama merubah dunia yang lebih baik”,
tetapi yang mereka lakukan hanya menumpukan beban pada beberapa orang saja.
Itulah kerasnya dunia jika tidak saling memahami. Andai saja semua orang mampu
mengerti, mungkin akan berbeda. Masih adakah setitik harapan itu saat ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar